Selasa, 23 Oktober 2012

PEMERIKSAAN CUKA

      Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Basset, J, 1994).

      Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110-120oC).
2. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
3. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
4. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
5. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan cermat dengan eksperimen.
6. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.
      Natrium karbonat Na2CO3, natrium tetraborat Na2B4O7, kalium hydrogen iodat KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan merupakan zat-zat yang biasa digunakan sebagai standar primer. Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan perbandingan terhadap suatu standar primer (Basset, J, 1994).
        Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut titrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator (Basset, J, 1994).
       Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang berbeda (Keenan, 2002).
        Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya (Day, 1981).
     Metil jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonik di mana di dalam suatu larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya memberikan warna kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu perubahan struktur dan memberikan warna merah dari ion-ionnya (Day, 1981).
III. Cara Kerja
1. Titrasi penimbangan
- Siapkan gelas kimia 100 mL
- Tambahkan sampel cuka, kemudian ditimbang
- Tambahkan 3 tetes fenoftalein
- Tambahkan NaOH dalam spuit hingga warna larutan berubah menjadi kemerah mudaan
- Spuit yang berisi NaOH sisa ditimbang

2. Pembuatan larutan H2C2O4.2H2O
- Siapkan satu buah labu takar 100 mL
- Timbang H2C2O4.2H2O yang telah disediakan sebanyak 0,63 gram
- Masukkan H2C2O4.2H2O yang telah ditimbang ke dalam labu takar
- Encerkan larutan H2C2O4.2H2O hingga tanda batas
- Aduk larutan hingga homogeny

3. Pembuatan larutan NaOH
- Siapkan gelas kimia 600 mL sebanyak satu buah
- Timbang NaOH yang telah disediakan sebanyak 1 gr
- Larutkan kedalam air dingin yang telah dididihkan
- Encerkan hingga 250 mL
- Aduk dengan batang pengaduk hingga homogen
4. Penentuan konsentrasi larutan NaOH
- Masukkan larutan NaOH kedalam buret 50 mL
- Masukkan 25 mLlarutan H2C2O4 kedalam Erlenmeyer 250 mL dengan pipet volum
- Encerkan hingga 50 mL
- Tambahkan 3 tetes fenoftalein
- Titrasi dengan larutan NaOH

5. Penentuan konsentrasi asam asetat dalam sampel cuka komersial
- Pipet 10 mL sampel cuka dengan pipet volum kemudian masukkan dalam labu takar 250 mL
- Encerkan hingga tanda batas
- Pipet 25 mL sampel cuka yang telah diencerkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL
- Encerkan hingga 50 mL
- Tambahkan 3 tetes fenoftalein
- Titrasi larutan dengan NaOH (lakukan duplo)

 

 

 

http://www.x3-prima.com/2009/08/cuka.html 

http://www.scribd.com/doc/53482728/1/I-1-Latar-Belakang

http://lukmanajiz.blogspot.com/2012/06/analisis-asam-cuka.html

0 komentar:

Posting Komentar