skip to main |
skip to sidebar
Diposting oleh
sweetheart
di
04.49
Salah satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis
titrimetri adalah reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri.
Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena
hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu
asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk dari
hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu
basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion
hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut
(Basset, J, 1994).
Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot
yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut
larutan standar. Sedangkan larutan standar primer adalah suatu larutan
yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat
murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer
harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110-120oC).
2. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
3. Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
4.
Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji
kualitatif atau uji-uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total
zat-zat pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
5.
Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis
sekejap. Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan
dengan cermat dengan eksperimen.
6. Zat harus tak berubah dalam
udara selama penimbangan; kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat
tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi
oleh karbondioksida. Standar ini harus dijaga agar komposisinya tak
berubah selama penyimpanan.
Natrium karbonat Na2CO3, natrium
tetraborat Na2B4O7, kalium hydrogen iodat KH(IO3)2, asam klorida
bertitik didih konstan merupakan zat-zat yang biasa digunakan sebagai
standar primer. Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat yang dapat
digunakan untuk standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan
dengan perbandingan terhadap suatu standar primer (Basset, J, 1994).
Proses
penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut
titrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik
ekuivalen (setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi,
lazimnya harus terdeteksi oleh suatu perubahan, yang tak dapat di salah
lihat oleh mata, yang dihasilkan oleh larutan standar (biasanya
ditambahkan dari dalam sebuah buret) itu sendiri, atau lebih lazim lagi,
oleh penambahan suatu reagensia pembantu yang dikenal sebagai indikator
(Basset, J, 1994).
Berbagai indikator mempunyai tetapan ionisasi
yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pH yang
berbeda (Keenan, 2002).
Fenolphtalein tergolong asam yang sangat
lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak
berwarna. Jika dalam lingkungan basa fenolphtalein akan terionisasi
lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya (Day, 1981).
Metil
jingga adalah garam Na dari suatu asam sulphonik di mana di dalam suatu
larutan banyak terionisasi, dan dalam lingkungan alkali anionnya
memberikan warna kuning, sedangkan dalam suasana asam metil jingga
bersifat sebagai basa lemah dan mengambil ion H+, terjadi suatu
perubahan struktur dan memberikan warna merah dari ion-ionnya (Day,
1981).
III. Cara Kerja
1. Titrasi penimbangan
- Siapkan gelas kimia 100 mL
- Tambahkan sampel cuka, kemudian ditimbang
- Tambahkan 3 tetes fenoftalein
- Tambahkan NaOH dalam spuit hingga warna larutan berubah menjadi kemerah mudaan
- Spuit yang berisi NaOH sisa ditimbang
2. Pembuatan larutan H2C2O4.2H2O
- Siapkan satu buah labu takar 100 mL
- Timbang H2C2O4.2H2O yang telah disediakan sebanyak 0,63 gram
- Masukkan H2C2O4.2H2O yang telah ditimbang ke dalam labu takar
- Encerkan larutan H2C2O4.2H2O hingga tanda batas
- Aduk larutan hingga homogeny
3. Pembuatan larutan NaOH
- Siapkan gelas kimia 600 mL sebanyak satu buah
- Timbang NaOH yang telah disediakan sebanyak 1 gr
- Larutkan kedalam air dingin yang telah dididihkan
- Encerkan hingga 250 mL
- Aduk dengan batang pengaduk hingga homogen
4. Penentuan konsentrasi larutan NaOH
- Masukkan larutan NaOH kedalam buret 50 mL
- Masukkan 25 mLlarutan H2C2O4 kedalam Erlenmeyer 250 mL dengan pipet volum
- Encerkan hingga 50 mL
- Tambahkan 3 tetes fenoftalein
- Titrasi dengan larutan NaOH
5. Penentuan konsentrasi asam asetat dalam sampel cuka komersial
- Pipet 10 mL sampel cuka dengan pipet volum kemudian masukkan dalam labu takar 250 mL
- Encerkan hingga tanda batas
- Pipet 25 mL sampel cuka yang telah diencerkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL
- Encerkan hingga 50 mL
- Tambahkan 3 tetes fenoftalein
- Titrasi larutan dengan NaOH (lakukan duplo)
http://www.x3-prima.com/2009/08/cuka.html
http://www.scribd.com/doc/53482728/1/I-1-Latar-Belakang
http://lukmanajiz.blogspot.com/2012/06/analisis-asam-cuka.html
0 komentar:
Posting Komentar