Kamis, 21 April 2011

makroskopis dan mikroskopis urin

Patologi Klinik

Sebelum menilai hasil analisa urin, perlu diketahui tentang proses pembentukan urin. Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml permenit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin permenit.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan kelainan dipelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain.

FAKTOR-FAKTOR YANG TURUT MEMPENGARUHI
SUSUNAN URIN
Untuk mendapatkan hasil analisa urin yang baik perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain persiapan penderita dan cara pengambilan contoh urin. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam persiapan penderita untuk analisa urin misalnya pada pemeriksaan glukosa urin sebaiknya penderita jangan makan zat reduktor seperti vitamin C, karena zat tersebut dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara reduksi dan hasil negatif palsu dengan cara enzimatik.
Pada pemeriksaan urobilin, urobilinogen dan bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat yang memberi warna pada urin, seperti vitamin B2 (riboflavin), pyridium dan lain
lain.
Pada tes kehamilan dianjurkan agar
mengurangi minum supaya urin menjadi lebih pekat.
Susunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada pihak lain mungkin banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari, karena itu penting untuk mengambil contoh urin menurut tujuan pemeriksaan. Untuk pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein, glukosa dan sedimen dapat dipergunakan urin sewaktu , ialah urin yang dikeluarkan pada
waktu yang tidak ditentukan dengan khusus, kadang kadang bila unsur sedimen tidak ditemukan karena urin sewaktu terlalu encer, maka dianjurkan memakai urin pagi. Urin pagi ialah urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari, urin ini baik untuk pemeriksaan berat jenis, protein sedimen dan tes kehamilan.
Pada penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah kontaminasi dianjurkan pengambilan contoh urin dengan cara clean voided specimen yaitu dengan melakukan kateterisasi, punksi suprapubik atau pengambilan urin midstream dimana urin yang pertama keluar tidak ditampung, tapi urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir tidak turut ditampung.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK, MIKROSKOPIK
DAN KIMIA URIN
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK.
Yang diperiksa adalah volume. warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal. Banyak sekali faktor
yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam.

Lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah - muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.

Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat. Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin.

Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat sepertijernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut
nubeculayangterdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan
oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling, drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens pita'. Berat jenis urin sewaktu pada
orang normal antara 1,003 - 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin
tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.

Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, pate, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa
pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini panting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB. Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan +(ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan .seperti urat amorf dan kristal

Eritrosit atau leukosit didalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 -- 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia. Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor lobus.



Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar. Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin pagi atau urin yang telah berada dalam bulibuli minimal selama 4 jam. Untuk pemeriksaan bilirubin,urobilinogen dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila kena cahaya. Bila urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein. Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk pemeriksaan darah samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.
Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan protein lain seperti globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya protein tersebut didalam urin. Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung amonium kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-renal. Kelainan pre-renal disebabkan karena penyakit sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung. Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis akut atau kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-lain
Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan dengan tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih dari mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang diperiksa hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4 jam akan memberikan basil positif pada 40% kasus. Hasil positif akan mencapai 80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih dari 4 jam. Hasil yang negatif belum dapat menyingkirkan adanya bakteriurea, karena basil negatif mungkin disebabkan infeksi saluran kemih oleh kuman yang tidak mengandung reduktase, sehingga kuman tidak dapat merubah nitrat menjadi nitrit. Bila urin yang akan diperiksa berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam atau tidak terdapat nitrat dalam urin, basil tes akan negatif. Kepekaan tes ini berkurang dengan peningkatan berat jenis urin. Hasil negatif palsu terjadi bila urin mengandung
vitamin C melebihi 25 mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03.




http://task-list.blogspot.com/2008/11/makroskopik-mikroskopik-urin.html

Argentometri Mohr

Argentometri Metode Mohr

 

titikakhirtitrasimetodemohr
Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan standart perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan digunakan indicator larutan kalium kromat encer. Setelah semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan indicator membentuk endapan coklat kemerahan Ag2CrO4 (lihat gambar). Prosedur ini disebut sebagai titrasi argentometri dengan metode Mohr.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ag+(aq)  + Cl-(aq) -> AgCl(s) (endapan putih)
Ag+(aq)  +  CrO42-(aq) -> Ag2CrO4(s) (coklat kemerahan)
Penggunaan metode Mohr sangat terbatas jika dibandingkan dengan metode Volhard dan Fajans dimana dengan metode ini hanya dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi ion Cl- , CN-, dan Br-.
Titrasi argentometri dengan metode Mohr banyak dipakai untuk menentukan kandungan klorida dalam berbagai contoh air, misalnya air sungai, air laut, air sumur, air hasil pengolahan industri sabun, dan sebgainya.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi dengan metode Mohr adalah titrasi dilakukan dengan kondisi larutan berada pada pH dengan kisaran 6,5-10 disebabkan ion kromat adalah basa konjugasi dari asam kromat. Oleh sebab itu jika pH dibawah 6,5 maka ion kromat akan terprotonasi sehingga asam kromat akan mendominasi di dalam larutan akibatnya dalam larutan yang bersifat sagat asam konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk memungkinkan terjadinya endapan Ag2CrO4 sehingga hal ini akan berakibat pada sulitnya pendeteksian titik akhir titrasi. Pada pH diatas 10 maka endapan AgOH yang berwarna kecoklatan akan terbentuk sehingga hal ini akan menghalangi pengamatan titik akhir titrasi. Analit yang bersifat asam dapat ditambahkan kalsium karbonat agar pH nya berada pada kisaran pH tersbut atau dapat juga dilakukan dengan menjenuhkan analit dengan menggunakan padatan natrium hydrogen karbonat.
Disebabkan kelarutan AgCl dan Ag2CrO4 dipengaruhi oleh suhu maka semua titrasi dilakukan pada temperature yang sama. Pengadukan/ pengocokan selama larutan standar ditambahkan sangat dianjurkan disebabkan hal ini dapat mempermudah pengamatan pencapaian titik akhir titrasi dan perak kromat yang terbentuk sebelum titik akhir titrasi dicapai dapat dipecah sehingga terlarut kembali.
Larutan silver nitrat dan endapan perak klorida yang terbentuk harus dilindungi dari sinar matahari hal ini disebabkan perak klorida dapat terdekomposisi menurut reaksi berikut:
AgCl(s)  -> Ag(s)  + ½ Cl2(g)
Konsentrasi ion perak pada saat terjadi titik equivalent titrasi klorida ditentukan dari harga Ksp AgCl yaitu:
[Ag+] = (Ksp AgCl)exp1/2 = 1.35 x 10-5 M
Dan konsentrasi ion kromat yang diperlukan untuk inisiasi terbentukanya endapan perak kromat adalah sebagai berikut:
[CrO42-] = Ksp / [Ag+]exp2 = 0,0066 M
Pada dasarnya untuk mencapai terbentuknya endapan perak kromat maka konsentrasi ion kromat sejumlah tersebut harus ditambahkan akan tetapi konsentrasi ion kromat sejumlah tersbut menyebabkan terbentuknya warna kuning yang sangat intensif pada larutan analit sehingga warna perak kromat akan susah sekali untuk diamati oleh sebab itu maka konsentrasi dibawah nilai tersebut sering digunakan.
Konsekuensi dari penurunan nilai konsentrasi ion kromat ini akan menyebebabkan semakin banyaknya ion Ag+ yang dibutuhkan agar terbentuk endapan Ag2CrO4 pada saat terjadinya titik akhir titrasi, dan hal lain yaitu tidak mudahnya pengamatan warna Ag2CrO4 diantara warna putih AgCl yang begitu banyak akan mendorong semakin besarnya jumlah Ag2CrO4 yang terbentuk.
Dua hal ini akan mempengaruhi keakuratan dan kepresisian hasil analisis oleh sebab itu diperlukan blanko untuk mengoreksi hasil ditrasi. Blanko diperlakukan dengan metode yang sama selama analisis akan tetapi tanpa kehadiran analit.



http://kimiaanalisa.web.id/argentometri-metode-mohr/

Minggu, 17 April 2011

Laju Endap Derah (LED)

Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat.

Pemeriksaan CRP dipertimbangkan lebih berguna daripada LED karena kenaikan kadar CRP terjadi lebih cepat selama proses inflamasi akut, dan lebih cepat juga kembali ke kadar normal daripada LED. Namun, beberapa dokter masih mengharuskan uji LED bila ingin membuat perhitungan kasar mengenai proses penyakit, dan bermanfaat untuk mengikuti perjalanan penyakit. Jika nilai LED meningkat, maka uji laboratorium lain harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah klinis yang muncul.


Metode

Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai metode Westergreen daribada metode Wintrobe. Selain itu, International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.

LED berlangsung 3 tahap, tahap ke-1 penyusunan letak eritrosit (rouleaux formation) dimana kecepatan sedimentasi sangat sedikit, tahap ke-2 kecepatan sedimentasi agak cepat, dan tahap ke-3 kecepatan sedimentasi sangat rendah.


Prosedur
  1. Metode Westergreen
    • Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
    • Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
    • Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung.
    • Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.
  2. Metode Wintrobe
    • Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amonium-kalium oksalat. Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
    • Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet Pasteur sampai tanda 0.
    • Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus.
    • Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.

Nilai Rujukan
  1. Metode Westergreen :
    • Pria : 0 - 15 mm/jam
    • Wanita : 0 - 20 mm/jam
  2. Metode Wintrobe :
    • Pria : 0 - 9 mm/jam
    • Wanita 0 - 15 mm/jam

Masalah Klinik
  • Penurunan kadar : polisitemia vera, CHF, anemia sel sabit, mononukleus infeksiosa, defisiensi faktor V, artritis degeneratif, angina pektoris. Pengaruh obat : Etambutol (myambutol), kinin, salisilat (aspirin), kortison, prednison.
  • Peningkatan kadar : artirits reumatoid, demam rematik, MCI akut, kanker (lambung, kolon, payudara, hati, ginjal), penyakit Hodgkin, mieloma multipel, limfosarkoma, endokarditis bakterial, gout, hepatitis, sirosis hati, inflamasi panggul akut, sifilis, tuberkulosis, glomerulonefritis, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir (eritroblastosis fetalis), SLE, kehamilan (trimester kedua dan ketiga). Pengaruh obat : Dextran, metildopa (Aldomet), metilsergid (Sansert), penisilamin (Cuprimine), prokainamid (Pronestyl), teofilin, kontrasepsi oral, vitamin A.

Faktor-faktor yang mempengaruhi temuan laboratorium :
  • Faktor yang mengurangi LED : bayi baru lahir (penurunan fibrinogen), obat (lihat pengaruh obat), gula darah tinggi, albumin serum, fosfolipid serum, kelebihan antikoagulan, penurunan suhu.
  • Faktor yang meningkatkan LED : kehamilan (trimester kedua dan ketiga), menstruasi, obat (lihat pengaruh obat), keberadan kolesterol, fibrinogen, globulin, peningkatan suhu, kemiringan tabung. 




 http://labkesehatan.blogspot.com/2009/12/laju-endap-darah-led.html

    Uji Motilitas Bakteri

    BAB I


    PENDAHULUAN
    1.1  Latar Belakang
    Motalitas merupakan salah satu ciri penting pengkarakterisasian bakteri. Sifat ini diakibatkan oleh adanya alat moler cambut yang disebut flagella sehingga sel bakteri dapat berenang didalam lingkungan air. Motilitas sebagaian besar jenis bakteri motil pada suhu relative rendah 15-25◦c dan mungkin tidak motil pada suhu 37◦c. Namun, suatu resiko tersendiri bagi organisme berukuran kecil untuk menerima kenyataan bahwa dengan ukuran tersebut sel bakteri dapat dipengaruhi oleh aktifitas molekul air/ pelarut disekitarnya yang dinamakan Brownian movement. Gerakan brown adalah gerak partikel koloid yang bergerak dengan arah tak beraturan, gerak acak molekul ini dapat membuat sel bakteri bergoyang-goyang cepat atau lebih tepatnya bergetar tak beraturan sehingga bagi mata yang awas akan terlihat motil. Sel yang berpengaruh gerak brown diamati pada perbesaran 1000x dengan mikroskop cahaya, tentunya dengan preparat sederhana dan media kaldu atau koloni yang dicampur air (anonymous,2010).
          Sel yang bergerak dengan dorongan flagella akan bergerak lebuh aktif. Jika suatu sel tersebut motil, akan menciptakan jalur gerak yang tak beraturan. Namun untuk gerak brown sel tampk pasif dan seperti bergerak sendiri, mirip pada saat menggetarkan batang pensil dengan memutarkan pergelangan tangan (Anonymous,2010).
    1.2  Tujuan
    Untuk mengetahui pergerakan bakteri yang motil dan non motil

    BAB II
    TINJAUAN PUSTAKA
                Flagella merupakan struktur komplek yang tersusun atas bermacam-macam protein termasuk flagelin yang membuat flagella berbentuk seperti tabung cambut dan protein kompleks yang memanjang dinding sel dan membran sel untuk membentuk seperti cambuk, flagella digunakan bakteri sebagai alat gerak.
                Bentuk yang umum dijumpai meliputi:
    Ø  Monopolar monotrikha :bakteri memliki satu flagel yang berada disalah satu ujung sel.
    Ø  Monopolar lofotrikha: memiliki banyak flagel yang ditemukan pada salah satu kutub sel.
    Ø  Bipolar amfritrikha: memiliki flagel pada kedua kutubnya dengan jumlah lebih dari satu.
    Ø  Peritikha: bakteri mempunyai flagel yang tersebar pada seluruh bagian selnya (Kaiser,qary, 2004)
    Tidak semua bakteri mempunyai daya motilitas, ada bakteri yang tidak mempunyai alat gerak       yaitu flagella sehingga berdasarkan letak dan jumlah flagel pada sel bakteri, jenis ini digolongkan dalam bakteri ( Anonymous, 2010).
    Menurut nastutik (2002) kebanyakan sel bakteri dapat bergerak dengan menggunakan flagel, akan tetapi ada bakteri yang tidak dapat bergerak karena lidah memiliki flagel. Hal ini senada dengan penyataan taringan (1988) yang menyatakan bahwa gerak bakteri terjadi pada bakteri yang mempunyai flagel, karena flagel ini merupakan alat gerak bagi sel bakteri. Flagel merupakan bulu cambuk yang dimiliki oleh beberapa jenis bakteri dan letaknya berbeda-beda tergantung kepada spesiesnya.
    Flagel tersusun atas tiga bagian yaitu:
    Ø  Pangkal (basal) merupakan bagian yang berhubungan dengan membrane plasma.
    Ø  Kook yang panjang.
    Ø  Filamen yang bentuknya seperti benang.
    Menurut gross (1995) struktur bakteri yang berflagel itu kaku dan dilengkapi dengan gelendong yang berbentuk spiral. Gelendong spiral tersusun atas protein yang disebut dengan flagelin yang merupakan unit dasar penyusun flagella (Anonymous, 2010).

    BAB III
    METODOLOGI
    3.1 Alat dan Bahan
    a)      Alat :
    Ø  2 tabung reaksi
    Ø  Jarum ose
    Ø  Lampu spertus
    b)      Bahan :
    Ø  2 tabung reaksi yang berisi agar
    Ø  Bakteri E.coli
    Ø  Bakteri Streptococus munats
    Ø  Bakteri Aeromonas sp
    3.2 Cara kerja
    Ø  Menyediakan 2 tabung reaksi yang berisi agar.
    Ø  Mengambil jarum ose, kemudian mengambil bakteri dengan jarum dengan jarum ose tersebut.
    Ø  Menusukan jarum tersebut kedalam tabung reaksi.
    Ø  Mengamati apakah termasuk bakteri motil dan nonmotil

    BAB IV
    PEMBAHASAN
                Praktikum ini digunakan untuk mengamati gerak atau motilitas bakteri. Metode ini bertujuan untuk mengamati gerak bakteri yang bergera. Pada alat inokulasi bakteri diambil dan ditusukan menggunakan jarum ose pada tabung reaksi yang sudah terisi media dan tabung reaksi dapat dilihat mikroba yang bergerak, pengelompokan bakteri secara natural dan reaksi bakteri terhadap bahan kimia (Anonymous, 2010).
                Gerak bakteri yang bersifat motil diakibatkan oleh adanya struktur atau organ sel bakteri yang berbentuk benang yang flagelia. Flagella panjang dan ramping. Pada umumnya memiliki panjang sekitar 12-30 mm. Untuk bisa melihat jelas pergerakan flagella bakteri digunakan zat warna tertentu (Anonymous, 2010).
                Fariaty (1995) juga mengatakan bahwa gerak brown adalah gerak partikel koloid yang bergerak dengan zig-zag,  gerakan ini disebabkan adanya tumbukan antara, molekul-molekul pelarut dengan molekul.
                Menurut volk (1988) kemampuan suatu organisme bergerak sendiri disebut motilitas (daya gerak). Hamper semua sel bakteri spiral dan sebagian dari sel bakteri basil bersifat motil (bergerak), sedangkan bakteri yang berbentuk kokus bersifat tidak bergerak (non motil).

    BAB V
    KESIMPULAN
    a.    Motilitas merupakan salah satu cirri penting pengkarakterisasi bakteri
    b.    Motolitas mikroba yaitu kemampuan bergerak mikroba.
    c.    Flagel merupakan struktur kompleks yang tersusun atas bermacam-macam protein termasuk flagelin yang membuat flagel berbentuk seperti tabung cambuk.
    d.   Gerak brown adalah gerak praktikel koloid yang bergerak dengan zig-zag.
    e.    Kemampuan suatu organisme bergerak sendiri disebut motilitas.
    f.     Bakteri yang berbentuk kokus bersifat tidak bergerak (non motil).

    DAFTAR PUSTAKA
    Anonymous, 2010. Motalitas Bakteri.http//lordbroken wordpress.com/2010/03/06 motalitas bakteri.
    Gross,1995.introgductary microbiology. London:chaswaan hall university and profesional
    Hastutik, Sri utami, 2002. Petunjuk praktikum mikro, Malang :UMM press
    Karser, gery. 2004. Microbiology laboratory manual. Cotons ville campus of the comunity collage of balsimere country
    Volk, 1988, mikrobiologi dasar. Jakarta: Erlangga.

    Jumat, 15 April 2011

    Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum

    Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.
    Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior.

    Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.

    Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle).
    Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum “kupu-kupu” hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash).

    Prosedur :
    • Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali pembendung (turniket), plester, tabung vakum.
    • Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
    • Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman mungkin.
    • Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
    • Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
    • Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.
    • Minta pasien mengepalkan tangan.
    • Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
    • Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
    • Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
    • Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.
    • Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
    • Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

    Menampung Darah Dalam Tabung

    Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek laboratorium klinik adalah sebagai berikut :
    • Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)
    • Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi
    • Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.
    • Tabung tutup ungu atau lavender // Serum. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)
    • Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)

    • Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
    • Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
    • Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk  pemeriksaan  glukosa.
    • Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR)
    • Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi
    • Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.
    • Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur
    Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah :
    • Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung. Memasukkan darah dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke dalam tabung vakum dengan cara menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah terpenuhi.
    • Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut. Mengocok sampel berpotensi menyebabkan hemolisis.
    • Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama - botol biakan (culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam kedua - tes koagulasi (tabung tutup biru), ketiga - tabung non additive (tutup merah), keempat - tabung tutup merah atau kuning dengan gel separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavendet (EDTA), tabung tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat).

    Selasa, 12 April 2011

    Sistem Integumen


    STRUKTUR DAN FUNGSI
    Sistem Integumen:
    ^Kulit
    ^Rambut
    ^Kuku

    Secara mikroskopis kulit terdiri dari 3 lapisan:
    Lapisan Epidermis
    Lapisan Dermis
    Lapisan Lemak Sub Kutis

    1. Lapisan Epidermis, terdiri dari :
    Stratum Korneum (lap tanduk), mrpkn lapisan paling luar terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati,tdk berinti,protoplasmanya telah berubah menjadi keratin.

    Stratum Lusidum, mrpkn lpisan sel gepeng tanpa inti dg protoplasmanya berubah menjadi protein yg disebut Elerdin.

    Stratum Granulosum, terdiri dari 2-3 lap sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdpt inti.

    Stratum Spinosum (St. Malphigi), terdiri dari beberapa sel berbentuk poligonal yg besarnya berbeda-beda karenaa adaanya proses mitosis.

    Stratum Basale, terdiri dari sel yg berbentuk kubis/kolumner dan sel pembentuk melanin yg mengandung pigmen, mengadakan mitosis dan berfungsi reproduksi.

    2. Lapisan Dermis
    Dibentuk oleh jaringan pengikat : kolagen dan jaringan elastis

    Sensori aparatus : sentuhan, tekanan, temperatur, nyeri.

    Terdiri dari 2 bagian :
    Pars Papilare : bag yg menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pemb darah
    Pars Retikulare : banyak mengandung jaringan ikat, folikel rambut, pemb darah, saraf,kolagen.

    3. Lapisan Sub Kutis
    Lapisan kulit yg paling dalam
    Pembentukan lemak dan penyimpanan lemak
    Isolator panas bagi tubuh
    Sejumlah pembuluh menembus lapisan lemak membentuk jaringan kapiler yg mensuplai nutrisi dan membantu membuang sisa metabolisme

    Kelenjar di Sekitar Kulit
    1. Kelenjar Keringat :
    Kelenjar Ekrin
    kel kecil-kecil, letaknya dangkal, di lapisan dermis, bermuara di permukaan kulit.
    Sekret encer ± 1,5 lt/24 jam
    Udara panas dan kering, ± 6 lt/24 jam
    Sekresi kel ekrin dipengaruhi oleh : stres emosional, faktor panas dan saraf simpatis
    Fungsi : untuk pengeluaran keringat, pengaturan suhu tubuh

    2. Kelenjar Apokrin
    Terletak lebih dalam, sekresi lebih kental
    Banyak terdapat pada axila, areola mamae, pubis, dan saluran telinga luar  

    3.Kelenjar Sabasea
    Terdpt di seluruh permukaan kulit kecuali di telapak tangan dan kaki
    Terletak di samping akar rambut, bermuara pd folikel rambut
    Fungsi : memberi lapisan lemak, bakteriostatik, menahan evaporasi
    Masa remaja kel sabasea lebih produktif

    RAMBUT
    Terdiri dari akar rambut dan batang
    Siklus pertumbuhan rambut
    Fase Anagen/pertumbuhan : 2-6 th dg kecepataan tumbuh 0,35mm/hr
    Fase Telogen/istiraahat : beberapa bulan
    Fase Katogen :fase diantara kedua fase

    Pada saat 85% mengalami faase anagen 15 % mengalami fase telogen

    KUKU
    Bagian terminal lapisan tanduk yang menebal
    Akar kuku : bagian yg terbenam kulit jari
    Badan kuku : bagian di atas jaringan lunak ujung jari
    Tumbuh : 1 mm/mg
    Fungsi : melindungi jari tangan


    FUNGSI KULIT
    Proteksi :menjaga bagian dalam tubuh terhadap ganguan fisik dan mekanik ; tekanan gesekan tarikan, ganguan zat kimia, panas,bakteri, jamur.
    Absorpsi : penyerapan melalui celah anar sel menembus sel epidermis, muara kelenjar.
    Ekskresi sisa metabolisme seperti NaCl, urea, amonia, asam urat.
    Fungsi persepsi ujung saraf di dermis dan sub kutis.
    Pengaturan suhu tubuh
    Pembentukan pigmen oleh melanosit
    Keratinisasi proses berlangsung 14-21 hari perlindungan terhadap infeksi secara mekanis fisiologik
    Pembentukan vit D dengan cara mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari

    Perubahan Sistem Integumen
    Proses penuaan perubahan utama pd kulit : kekeringan, pengeriputan, pigmentasi, lesi proliferatif.
    Perubahan seluler penipisan titik temu dermis dan epidermis lokasi pengikatan lebih sedikit kulit rentan thd trauma.
    Epidermis & dermis menipis & mendatar shg timbul pengeriputan klt yg menggantung, lipatan kulit yang bertumpang tindih.
    Perubahan lain : berkurangnya rambut, fungsi barier, persepsi sensori, termoregulasi

    LESI
    Lesi Primer : lesi inisial & karakteristik dari penyakit itu sendiri
    Makula : suatu daerah terbatas yg tdk meninggi, biasanya ditandai dg prbhn warna ; bercak putih ,merah
    Papula : suatu lesi yg teraba biasanya <5> dimensi tebal; psoriasis.
    Nodula,tumor : suatu lesi yg teraaba, biasanya > 5 mm ;karsinoma sel basal
    Vesikel, bula : suatu lesi menonjol yg terisi cairan; vesikel herpes simpleks

    Lesi Primer
    Urtika : suatu lesi peralihan yg dpt teraba; urtikaria/kaligata
    Pustula : Suatu lesi yg mengandung pus;akne vulgaris
    Kista : ruangan berdinding dan berisi cairan,sel, maupun sisa sel.

    Lesi Sekunder : terjadi akibat sebab-sebab eksternal ; garukan, trauma, infeksi, perubahan yg disebabkan o/ penyembuhan luka.
    Erosi : kelainan kulit yg disebabkan o/ kehilangan jaringan yg tdk melampaui st. basale,ex: bila kulit digaruk sampai keluar cairan sereus.

    Lesi Sekunder
    Ulkus : hilangnya sebagian epidermis & dermis
    Fisura : retakan pd kulit yg meluas hingga ke dermis,mis : eksim pd tangan
    Skuama :lapisan st korneum yg terlepas pd kulit dpt halus sbg taburan tepung/tebal dan luas sbg lembaran kertas.
    Krusta : cairan badan (serum, darah, nanah) yg mengering dpt bercampur dg jar nekrotik maupun benda asing (kotoran, obat dsb)
    Sikatrik : terdiri atas jaringan tdk utuh, relief kulit tdk normal, permukaan klt licin & tdk terdpt adneksa kulit mis:keloid

    PENGKAJIAN
    Biodata Klien
    Keluhan Utama : gaatal, pedih, nyeri, panas, baal, dsb.
    Riwayat Kesehatan
    Sekarang PQRST
    Dahulu : kaji kondisi fisik sistemik yg berkaitan, penggunaan obat, riwayat alergi
    Keluarga : Keadaan serupa / pengalaman yang sama yg dialami o/ kel, penyakit kulit lain yg kronis.
    Riwayat Psikososial
    Aktivitas sehari-hari : personal hygiene, mobilisasi, pemenuhan nutrisi, eliminasi, istirahat tidur.

    Pemeriksaan Fisik
    Inspeksi
    Amati seluruh permukaan kulit, termasuk kulit kepala,rambut, kuku, mukosa membran, daerah lipatan.
    Catat : perubahan warna dan vaskularisasi, kelembaban, edema, lesi, integritas, kebersihan jelaskan lokasi, ukuran, penyebaran, tanda infeksi.
    Lesi yg menggambarkan kanker kulit :
    A : Asymetry of shape
    B : Border Irregularity
    C : Color within one lesion
    D : Diameter > 5 mm

    Istilah untuk Menggambarkan Konfigurasi Lesi
    Annular : sprt cincin, dikelilingi batas datar ,tengah2x kulit normal
    Cirkuler : melingkar
    Clustured : berkelompok
    Coalesced : bergabung
    Diffuse : menyebar, area normal +
    Linear : garis lurus
    Universal : seluruh daerah tubuh

    Palpasi
    Lesi
    Kelembaban
    Suhu
    Tekstur
    Turgor


    Pemeriksaan Diagnostik
    Lab : Kultur, kerokan dan biakan jamur bakteri, virus, jamur
    Test Sensitifitas
    Patch Test, untuk mendeteksi zat alergen yg terjadi dlm 48-96 jam reaksi hipersensitif : +1, +2, +3, +4
    Scratchh Test, dg menyuntikan alergen timbul reaksi hipersensitif. Biasanya untuk mengetahui zat alergen penyebab urtikaria.

    ASKEP KLIEN DGN REAKSI ALERGI
    Dermatitis
    Dermatitis Kontak
    Suatu peradangan pd kulit, mrpkn reaksi imunologis yaitu hipersensitifitas tipe lambat akibat kontak dgn bahan yg merangsang respon imun pd kulit.
    E :zat iritan (mekanik,kimia, biologis, asam, alkali), alergen (tumbuhan, kosmetik,dll)
    S/S : Erytema, lokal edema, vesikel, mengeras, bersisik, basah dan gatal

    Th/ : Basah : kompres PK 1/10.000 Kering : topikal steroid Antibiotik, antihistamin, kortikosteroid
    Dermatitis Atopik/ Eczema
    E : Reaksi hipersensitifitas ggn fungsi sel limposit T, blokade resseptor ß adrenergik, herediter
    S/S : gatal, lesi, edema, vesikel, bula Ekskoriasi. Kronis : penebalan kulit, hiperpigmentasi, rasa terbakar
    Th/ : sistemik : antihistamin, kortikosteroid. Topikal : akut & basah kompres kronis : kortikosteroid salep.

    Masalah Keperawatan:
    Ggn rasa nyaman gatal
    Kurangnya pengetahuan
    Potensial/aktual ggn integritas kulit
    Tidak efektifnya pola pertahanan diri
    Perubahan Body Imege

    Tujuan:
    Rasa gatal dpt berkurang
    Tidak terjadi perluasan kerusakan kulit
    Tidak terjadi infeksi sekunder
    Dpt menerima perubahan integritas kulit dpt bersosialisasi
    Pengetahuan klien bertambah, dpt menjelaskan : penyebab,summber/zat iritan, metoda mengontrol, pencegahan kontak, pengobatan.


    Intervensi:
    Beri penjelasan u/ mengurangi rasa gatal sesuai dengan program medis
    Bantu klien dalam perawatan luka
    Hindari kulit kering : tdk menggunakan sabun yg kering, berendam dlm air + oil
    Menggunakan kreem steroid langsung setelaah mandi
    Hindari kain wol, nylon, bulu binatang u/ kulit yg sensitif
    Bantu klien u/ mengekspresikan perasaannya
    Anjurkan u/ menggunakan srg tangan saat menyentuh benda iritan/zat alergen
    Jemur daerah yg terserang dg snr mthr


    SINDROMA STEVENS JOHNSON
    Mrpkn sindrom yg mengenai kulit, selaput lendir di orifisium dan mata dgn ku bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula dpt disertai purpura.
    E : Idiopatik, multifaktor, alergi obat
    ( penicilin, streptomicyn, sulfonamid dll)
    S/S : peningkatan suhu, sakit sendi/menelan, stomatitis sampai perdarahan, konjunctivis, ulkus kornea, epistaksis, pada kulit : vesikel, bula, ptechie, hemoragi.
    T/ : Kortikosteroid, antibiotik
    Komplikasi : Bronchopnemoni, kehilangan cairan & elektrolit, kebutaan


    Masalah Keperawatan:
    Tdk efektifnya jalan nafas
    Ggn raasa nyaman nyeri
    Resiko syok hipovolemik
    Ggn pemenuhan kebutuhan nutrisi
    Resiko terjadi kebutaan
    Ggn integritas kulit
    Kurangnya pengetahuan
    Ggn body image
    Kecemasan

    INTERVENSI
    Pertahankan keseimbangan cairaan & elektrolit
    Cegah infeksi
    Nutrisi adekuat ; pemasangan NGT
    Pemberian oksigen dan latihan nafaas
    Observasi TTV
    Monitor I – O
    Hindari faktor penyebab alergi
    Bantu dan latih klie dlm ADL
    Perawatan kulit


    SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUSU (SLE)
    Suatu penyakit inflamasi yg bersifat progresif, kronik, sistemik, yg menyerang sebagian besar organ tubuh berkaitan autoimun, antibodi abnormal yg terjadi akibat reaksi dg jaringan.
    E : reaksi antigen & antibody
    S/S : Atritis/atralgia, nyeri otot, kelainan kulit, rambut, selaput lendir, ruam kulit berbentuk kupu^kupu (Butterfly rush) berupa eritema agak edematus pd kedua pipi dan hidung.
    Th/ : Kortison topikal, hindari expose lama dgn sinar matahari

    INTERVENSI KEP
    Ajarkan klien u/ membersihkan kulit dgn sabun yg lembut, hindari sabun kasar dan parfum
    Gunakan lotion u/ kekeringan kulit
    Hindaari kelebihan bedak/pengering 








    http://iconhealthboh.blogspot.com

    Jumat, 08 April 2011

    karbohidrat

    Pengertian
    Karbohidrat adalah senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. contoh; glukosa C6H12O6, sukrosa C12H22O11, sellulosa (C6H10O5)n. Rumus umum karbohidrat Cn(H2O)m.
    Karena komposisi yang demikian, senyawa ini pernah disangka sebagai hidrat karbon, tetapi sejak 1880, senyawa tersebut bukan hidrat dari karbon. Nama lain dari karbohidrat adalah sakarida, berasal dari bahasa Arab "sakkar" artinya gula. Karbohidrat sederhana mempunyai rasa manis sehingga dikaitkan dengan gula. Melihat struktur molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefinisikan sebagai suatu polihidroksialdehid atau polihidroksiketon. Contoh glukosa; adalah suatu polihidroksi aldehid karena mempunyai satu gugus aldehid da 5 gugus hidroksil (OH).
    Klasifikasi
    Karbohidrat terbagi menjadi 3 kelompok;
    1. monosakarida,  terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis oleh larutan asam dalam air menjadi karbohidrat yg lebih sederhana.
    2. disakarida, senyawanya terbentuk dari 2 molekul monosakarida yg sejenis atau tidak. Disakarida dpt dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai menjadi 2 molekul monosakarida.
    3. polisakarida, senyawa yg terdiri dari gabungan molekul2 monosakarida yg banyak jumlahnya, senyawa ini bisa dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida.
    Fungsi
    Bagi manusia; sbg sumber energi. Bagi tumbuhan; amilum sebagai cadangan makanan, sellulosa sebagai pembentuk kerangka bagi tumbuhan.
    Tumbuhan mendapat amilum dan selulosa dari glukosa. Glukosa dihasilkan pada fotosintesis
    Beberapa monosakarida penting
    Glukosa
    Glukosa disebut juga gula anggur karena terdapat dalam buah anggur, gula darah karena terdapat dalam darah atau dekstrosa karena memutarkan bidang polarisasi kekanan. Glukosa merupakan monomer dari polisakarida terpenting yaitu amilum, selulosa dan glikogen. Glukosa merupakan senyawa organik terbanyak. terdapat pada hidrolisis amilum, sukrosa, maltosa, dan laktosa.
    Fruktosa
    Fruktosa terdapat dalam buah2an, merupakan gula yang paling manis. Bersama2 dengan glukosa merupakan komponen utama dari madu. Larutannya merupakan pemutar kiri sehingga fruktosa disebut juga levulosa.
    Ribosa dan 2-deoksiribosa
    Ribosa da 2-deoksiribosa adalah gula pentosa yg membentuk RNA dan DNA.

    Sifat2 monosakarida
    1. semua monosakarida zat padat putih, mudah larut dalam air.
    2. larutannya bersifat optis aktif.
    3. larutan monosakarida yg baru dibuat mengalami perubahan sudut putaran disebut mutarrotasi.
    4. contoh larutan alfaglukosa yang baru dibuat mempunyai putaran jenis + 113` akhirnya tetap pada + 52,7`.
    5. umumnya disakarida memperlihatkan mutarrotasi, tetapi polisakarida tidak.
    6. semua monosakarida merupakan reduktor sehingga disebut gula pereduksi.
    Identifikasi monosakarida
    1. uji umum utk karbohidrat adalah uji Molisch. bila larutan karbohidrat diberi beberapa tetes larutan alfa-naftol, kemudian H2SO4 pekat secukupnya sehingga terbentuk 2 lapisan cairan, pada bidang batas kedua lapisan itu terbentuk cincin ungu.
    2. gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dg pereaksi Fehling atau Bennedict. Gula pereduksi bereaksi dg pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Selain Pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dg pereaksi Tollens.
    3. reaksi Seliwanoff (khusus menunjukkan adanya fruktosa). Pereaksi seliwanoff terdiri dari serbuk resorsinol + HCl encer. Bila fruktosa diberi pereaksi seliwanoff dan dipanaskan dlm air mendidih selama 10 menit akan terjadi perubahan warna menjadi lebih tua.






      http://qforq.multiply.com/journal/item/2